Klitih, Kata Bahasa Jawa Yang Mengalami Pergeseran Makna

Edi Padmo
0




Pendidikan(lainsisi.com)-- Dua kejadian terkait kenakalan remaja di jalanan yang terjadi di Gunungkidul dalam sepekan kemarin sempat ramai jadi perbincangan publik. Sekelompok pemuda terpaksa diamankan polisi terkait indikasi perang sarung dan kelompok pemuda yang bentrok dengan warga karena ugal-ugalan di jalan dengan sepeda motornya. 

Aksi yang lumayan menyedot perhatian adalah kejadian di Kapanewon Patuk. Sekelompok pemuda pada Minggu (17/3/2024) sekitar pukul 04.50 WIB mengendarai kendaraan dengan ugalan ugalan di jalan Nglanggeran, Kapanewon Patuk.

Suara keras knalpot yang 'diblayer' serta klakson memecah keheningan suasana pagi buta di Bulan Ramadhan. Warga sekitar dan pengguna jalan lain rupanya merasa terganggu sehingga bereaksi sampai terjadi bentrokan dan berujung pada aksi pemukulan dan perusakan beberapa kendaraan

"Iya benar, ada sekelompok remaja yang kami amankan ke Polsek Patuk karena terjadi kericuhan dengan warga sekitar Nglanggeran," kata Kapolres Gunungkidul, AKBP Edi Bagus Sumantri beberapa waktu lalu

Puluhan pemuda ini kemudian mendapat pembinaan. Sementara tindakan sanksi tilang kendaraan juga diberlakukan bagi yang melanggar aturan lalu lintas

"Dengan didampingi orang tua masing-masing kami sudah melakukan pembinaan, serta kami buatkan surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya," kata Kapolres lagi

Fakta bahwa para pelaku ini masih remaja dan berstatus sebagai pelajar tentu membuat banyak pihak prihatin. Dalam pembinaan yang dilakukan, Kapolres menekankan tentang bimbingan dari hati ke hati oleh orang tua masing-masing

"Sebagai orang berbudaya dan beragama, mari kita bisa saling menghormati orang lain. Terlebih saat ini adalah bulan puasa, kita jadikan ladang ibadah bukan justru melakukan hal-hal yang kurang baik atau kurang terpuji. Kepada orang tua, mari kita jaga anak-anak kita dari pengaruh negatif pergaulan. Karena tindak kejahatan jalanan tidak hanya berbahaya bagi korban, tapi juga masa depan pelakunya," pesan Kapolres

Dua kejadian di Gunungkidul kemarin memang belum bisa dikategorikan sebagai tindak kejahatan jalanan (klitih atau begal). Namun seyogyanya ini sudah menjadi 'warning' bagi semua pihak untuk lebih peduli. 

Pengaruh pergaulan bebas dan kebiasaan negatif pada generasi muda akan dengan sangat mudah menyeret mereka dalam sebuah tindakan kriminal yang melanggar hukum. Entah itu kejahatan jalanan, begal, klitih, hingga narkoba  

Bahkan, kejahatan jalanan klitih beberapa waktu lalu pernah menggegerkan Yogyakarta. Data dari Polda DIY mengungkapkan bahwa mayoritas pelaku masih berstatus sebagai pelajar, sedang sisanya adalah pengangguran. Hal ini tentu ironis dengan Yogyakarta yang menyandang status sebagai Kota Pelajar. Tak heran tagar #YogyaDaruratKlitih atau #YogyaTidakAman bertebaran di Twitter dan media sosial

Lalu apa sebenarnya arti kata 'klitih'? Merangkum keterangan dari berbagai sumber, ternyata sebetulnya kata 'klitih' berasal dari perbendaharaan Bahasa Jawa yang sebetulnya artinya tidak mengacu pada sebuah tindakan kejahatan. 

Di Gunungkidul sendiri, kata 'klitih' atau 'nglitih' cenderung diartikan untuk menyebut seseorang yang tidak mau diam melakukan suatu hal/pekerjaan  Padanan kata dalam Bahasa Jawa (Gunungkidul) adalah 'ngrithik' atau 'krithak krithik'. Beberapa desa mengartikan 'nglitih/ngrithik' identik dengan bekerja atu justru malah merujuk pada seseorang yang kreatif

"Klitih berasal dari bentuk kata ulang yaitu klithah-klithih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan," kata Ahli Bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Pranowo

Menurut Pranowo, hal itu merujuk pada Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito yang menyebut 'klitah-klitih' termasuk sebagai dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi.

"Contoh kata yang serupa dengan klitah-klitih dalam bahasa Indonesia, seperti pontang-panting dan mondar-mandir," imbuhnya

Pranowo menambahkan, dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif. Tapi, sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. 

'Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif,” kata Pranowo.

Dalam perkembangan jaman dan media sosial, kata 'klithih' akhirnya mengalami pergeseran arti. Kata 'klitih' justru malah menjadi akronim yang diartikan 'keliling golek getih' (berkeliling mencari darah). Dari sinilah akhirnya kata 'klitih' menjadi suatu hal yang identik dengan tindakan kriminal/kekerasan terhadap orang lain (korban)

Fenomena 'klitih' yang terjadi memang tidak bisa dianggap biasa. Klitih bisa diartikan sebagai sebuah gejala sosial atau trend yang negatif negatif. Selain membahayakan orang lain (korban), perbuatan ini juga membahayakan masa depan pelakunya sendiri. Para remaja, pelajar, generasi muda kita yang sedang memasuki fase usia yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap masa depannya. 



  

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!