Jangan Panik, Kenali Antraks, Gejala, Penanganan dan Cara Pencegahannya

Edi Padmo
0


Kesehatan(lainsisi.com)-- Kasus suspect antraks kembali terjadi di Gunungkidul. Dalam rentang waktu Bulan Februari sampai Maret 2024, beberapa hewan ternak milik warga Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Kapanewon Gedangsari dilaporkan mati mendadak. Matinya sapi dan kambing ini diawali dengan gejala awal mirip serangan antraks. 

Satu orang warga juga dilaporkan dirawat di rumah sakit RSUD Prambanan dengan keluhan awal suspect terpapar antraks. Saat ini Dinas Kesehatan Gunungkidul dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sedang menurunkan tim untuk tracking dan berbagai upaya pencegahan

Penyakit antraks memang tak hanya berpotensi membahayakan kesehatan hewan. Jika salah penanganan penyakit ini bisa menular dari hewan ke manusia. Antraks adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Termasuk jenis penyakit zoonosis, yaitu jenis penyakit yang bisa menular dari hewan terinfeksi ke hewan sehat dan manusia

Tak hanya soal kesehatan. Pengaruh antraks juga secara langsung bisa mempengaruhi ekonomi masyarakat, khususnya perdagangan hewan ternak. Ternak bagi masyarakat dianggap sebagai 'rajakaya' atau tabungan. Antraks bisa mempengaruhi pasar sepi dan harga hewan turun


Tapi jangan panik, antraks sebetulnya bisa ditanggulangi penyebarannya jika ditangani dengan benar dan sesuai prosedur Standart Operation Procedure (SOP)

Di tahun 2022, antraks sempat menjangkit di Gunungkidul di dua Kalurahan, yakni Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong dan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari. Selain puluhan hewan dan warga terinfeksi, tercatat antraks merenggut korban jiwa dari warga

Waktu itu, saya sempat wawancara secara khusus dengan drh. Retno Widyastuti, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul terkait penanganan antraks. Wawancara ini akan saya tulis ulang terkait suspect antraks yang saat ini terjadi di wilayah Kapanewon Gedangsari

Drh. Retno mengungkapkan, jika salah penanganan, potensi penularan antraks dari hewan terinfeksi ke hewan yang sehat memang sangat mungkin terjadi, bahkan penularan ini bisa terjadi dari hewan ke manusia.

"Infeksi antraks itu bagi hewan adalah 'sudden death', artinya jika tidak segera mendapat pertolongan maka dipastikan hewan akan mati dalam waktu relatif singkat setelah terinfeksi," terang Retno

Retno menyebut, gejala yang paling bisa dikenali jika hewan terinfeksi Antraks ini antara lain, hewan mengalami sesak nafas, demam, gigi gemeletuk. 

"Hewan juga terlihat gelisah, terjadi pembengkakan pada leher, dada dan perut, terdapat luka pada lidah dan terjadi tonjolan pada pinggang dan kelamin hewan," terang Dokter Retno

Ketika hewan ini terdeteksi sakit, lanjut Retno, maka secepatnya harus segera diberikan suntikan anti biotik, jika terlambat maka infeksi akan cepat menyebar dan bisa dipastikan hewan tidak akan tertolong.


Bakteri Antraks, menurut Retno masuk ke dalam darah, saat masih dalam tubuh hewan hidup, maka anti biotik akan bisa membunuhnya. Namun, jika darah hewan ini keluar dan terkena udara, maka bakteri akan membentuk kapsul, atau spora yang akan melindungi dirinya sehingga bisa bertahan hidup di dalam tanah sampai 80 tahun.

"Maka kuncinya, hewan yang mati atau sakit dengan gejala antraks tidak boleh disembelih, harus dikubur, jika disembelih maka darah akan mengalir keluar, sehingga bakteri membentuk spora. Jika hal itu terjadi maka sangat sulit untuk membasminya," lanjut Retno panjang lebar.

Lalu bagaimana penanganan hewan yang mati karena antraks? Dokter Retno menjelaskan, sesuai Standart Operation Procedure (SOP) penanganan yang berlaku, setelah bangkai hewan dikubur lokasi kemudian disemprot dengan desinfektan serta formalin. Begitupun lokasi kandang dan tanah disekitar kandang.

"Tanah di dalam kandang dan disekitar kandang tempat hewan yang terinfeksi, kemungkinan besar memang terkontaminasi bakteri. Ini harus disterilkan sampai uji lab tanah menyatakan kontaminasi negatif," lanjutnya.

Menurut dia, persoalan antraks akan selesai ketika hewan mati dengan gejala antraks tersebut dikubur. Karena penyakit tersebut akan terputus penyebarannya ketika sudah dikubur di dalam tanah. 


"Hanya saja masih sering terjadi, hewan-hewan tersebut ada yang disembelih kemudian dikonsumsi dan ada yang dijual ke luar wilayah. Ini terkait kebiasaan brandu atau murak hewan yang sakit atau mati," imbuhnya

Selain bangkai harus dikubur dan disterilkan dengan desinfektan dan formalin, harus dilakukan upaya pencegahan penularan, yakni dengan penyuntikan anti biotik, kemudian dilanjutkan vaksinasi kepada hewan hewan yang masih sehat.

Untuk memudahkan upaya ini, maka ditentukan dulu zona kerawanan penularan, dengan skala Merah, kuning dan hijau. 

"Vaksinasi diberikan setelah dua minggu penyuntikan anti biotik, jadi dipastikan saat divaksin hewan dalam keadaan sehat, kalau tidak akibatnya bisa fatal," terangnya.

Selain itu, penetapan zona diperlukan untuk upaya melokalisir kawasan, sehingga dapat meminimalisir penyebaran penyakit ke luar daerah. Hal ini bisa dilakukan dengan pembatasan lalu lintas hewan ternak dari zona merah penyebaran antraks.

Untuk zona merah yang paling utama, antisipasi dilakukan pada ternak yang masih hidup, antibiotik dan vitamin

"Pembatasan lalu lintas ternak ini tidak bisa kami lakukan sendiri, harus kerja sama dengan berbagai pihak, dan yang paling penting adalah kesadaran masyarakat, bahwa hewan yang sakit atau mati jangan disembelih atau di jual keluar daerah," tegasnya

Terkait manusia yang terinfeksi, Dokter Retno menambahkan, bahwa pasien bisa sembuh asalkan tidak terlambat penanganannya. Parah dan tidak akibat infeksi juga sangat tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing. Yang imun tubuhnya kuat, kadang positif  terpapar antraks namun tidak bergejala, atau gejala ringan. Namun, Dokter Retno buru-buru menambahkan bahwa antraks tetap jenis penyakit berbahaya baik untuk hewan dan manusia

"Harus tetap serius penanganannya. Meskipun sampai saat ini, belum ada riwayat antraks menular dari manusia ke manusia," pungkasnya









Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!