Peranan Askar Perang Sabil, Laskar Rakyat Berbasis Sosio Religius Dalam Revolusi Fisik Kemerdekaan

LainSisi
0
Peranan Askar Perang Sabil,
Laskar Rakyat Berbasis Sosio Religius
Dalam Revolusi Fisik Kemerdekaan
Oleh Edi Padmo
.
Askar Perang Sabil memasuki Jalan Pangurakan ke arah titik nol km (1947), sumber Sejarah Yogyakarta

Sejarah(lainsisi.com)-- Setiap tanggal 10 November, kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Penentuan tanggal itu dengan pertimbangan heroisme para pejuang yang bertempur dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Pertempuran ini adalah perang besar pertama dalam mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang telah diproklamirkan oleh Sukarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945. Sejarah mencatat pertempuran Surabaya adalah sebuah pertempuran besar dengan kekuatan yang tidak berimbang. Bagaimana sebuah bangsa yang baru lahir, harus menghadapi ribuan tentara Sekutu yang datang dengan kebanggaan sebagai pemenang Perang Dunia 2. Kedatangan mereka diboncengi tentara Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Dengan rasa nasionalisme yang menggebu, tak hanya warga Surabaya, banyak pejuang dari berbagai daerah di Indonesia yang bergabung dalam pertempuran Surabaya. Pertempuran dahsyat ini merupakan simbol nasional atas perlawanan Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme.

Perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia memang tidak hanya terjadi di Surabaya. Di berbagai wilayah, rakyat Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja dilahirkan. Tanpa bermaksud mengecilkan peran para pejuang yang lain, hari ini Jumat, tanggal 10 November 2023, bertepatan dengan Hari Pahlawan, kita akan mengenang sejarah perjuangan laskar rakyat berbasis sosio religius yang terjadi 78 tahun lalu di Yogyakarta.

Melansir tulisan dari akun media sosial Facebook Sejarah Yogyakarta, sebelum pertempuran Surabaya meletus, pada Oktober 1945 Sri Sultan Hamengku Buwana IX mengeluarkan maklumat No.2 tentang ketentraman dan keamanan umum serta Maklumat No. 5 tanggal 26 Oktober 1945 tentang pembentukan Laskar Rakyat di Yogyakarta. Sultan HB IX, menganggap ini sebagai suatu hal yang penting untuk membantu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada umumnya, serta Yogyakarta pada khususnya.

Atas dasar maklumat tersebut, maka secara sukarela rakyat Yogyakarta berbondong-bondong bergabung dengan laskar-laskar perjuangan di daerahnya masing-masing. Peran dan dukungan para ulama yang sebelumnya telah aktif menentang penjajah juga sangat besar. Maklumat ini disambut baik oleh para tokoh Islam yang dengan rela telah bertekad untuk berjuang di jalan Allah. Adapun beberapa organisasi kelaskaran yang lahir pada waktu itu antara lain, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) daerah “Mataram” yang pada perkembangannya berganti nama menjadi Tentara Rakyat Mataram (TRM).

Setelah terbentuknya TRM kemudian disusul dengan beberapa badan kelaskaran yaitu Laskar Segoroyoso dan Laskar Tirtonirmolo di Bantul. Sedangkan di daerah Sleman tepatnya di Desa Brayut lahir Laskar Merah Putih. Sementara di Kulonprogo, Adikarto, serta Wonosari Gunungkidul lahir laskar dengan nama Laskar Bambu Runcing.

Para ulama, dalam hal ini Muhammadiyah di wilayah Kauman, Yogyakarta berniat untuk membentuk suatu badan perjuangan rakyat yang bernafaskan Islam. Oleh karenanya dibentuklah Askar Perang Sabil dan Markas Ulama Askar Perang Sabil sebagai organisasi semi militer muslim yang ikut berjuang dalam membela tanah air khususnya di Yogyakarta.

Bertepatan tanggal 17 Ramadhan 1367 H (1947), diadakan musyawarah yang dipimpin oleh Ki Bagus Hadikusumo di Kauman. Hasil dari musyawarah tersebut akhirnya diputuskan untuk membentuk badan kelaskaran di bawah pimpinan para ulama dengan nama Angkatan Perang Sabil. Namun kemudian diubah menjadi Askar Perang Sabil (APS) agar tidak terjadi kekacauan dalam bentuk kesatuan yang ada dalam TNI. Karena di dalam menjalankan tugasnya APS selalu berada di bawah komando TNI.

Bersama TNI, laskar-laskar ini bertekad melakukan perlawanan terhadap apapun yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan laskar juga merupakan wadah perjuangan bagi pemuda-pemuda Islam di Yogyakarta, baik yang berasal dari pemuda-pemuda Islam bekas anggota Hizbullah maupun dari rakyat pada umumnya (Hankamrata).

Setelah musyawarah tersebut para ulama mengutus Ki Bagus Hadikusumo, K.H Mahfudz Siraj dan K.H. Ahmad Badawi untuk menyampaikan kebulatan tekad ulama Yogyakarta kehadapan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang pada saat itu menjabat pula sebagai Menteri pertahanan.

Hal ini disambut baik oleh beliau dengan mengeluarkan surat persetujuan dan memberikan doa restunya. Terjemahan kedalam bahasa Indonesia serat restu Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah sebagai berikut:

"... Sudah menerima menghadap: Ki Bagus H. Hadikusumo, Kyai H. Mahfudz Siradj dan K.H. Ahmad Badawi sebagai wakil para ulama di Yogyakarta, yang menyampaikan permohonan para ulama di Yogyakarta setelah melaksanakan i’tikaf memohon kepada Allah SWT di Masjid Taqwa Kampung Suronatan Yogyakarta pada hari malam tanggal 17 bulan puasa tahun 1879 Jawa atau tanggal 23 bulan Juli tahun 1947 ..."

Sultan kemudian menyuruh para ulama untuk menghadap Panglima Besar Jenderal Sudirman guna meminta persetujuan. Panglima menyambut baik gagasan tersebut dengan senang hati dan akan memberi pelatihan kepada anggota Askar Perang Sabil. Setelah dibentuk pada tanggal 23 Juli 1947 secara resmi didirikan pula Markas Ulama Askar Perang Sabil (MUAPS) yang merupakan wadah bagi organisasi pemimpinnya.

Keanggotan APS terdiri dari dua macam:

1. Mantan anggota Sabilillah yang usia mereka rata-rata sudah lebih dari empat puluh tahun.Mereka sebagai motor penggerak, membina mental serta kemiliteran.

2. Mantan anggota Hizbullah yang tidak masuk dalam TNI, ditambah dengan para pemuda Islam yang telah berusia tujuh belas tahun keatas.

Lancarnya proses pembentukan laskar APS juga dikarenakan sejalan dengan adanya seruan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman yang mengharapkan segenap lapisan masyarakat untuk ikut mempertahankan negara pada tanggal 21 Juli 1947.


Peranan Askar Perang Sabil Dalam Membantu TNI di Medan pertempuran 1945-1949

1. Pelatihan militer di halaman Masjid Besar
Kauman dan di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Pelatihan dilaksanakan dengan dibantu oleh pasukan TNI dan juga para mantan anggota Hizbullah yg dibentuk pada zaman Jepang.

2. Pelatihan militer yang diberikan meliputi latihan baris berbaris, latihan menembak, menyusun strategi perang dan lain sebagainya.

3. Agresi Militer Belanda I Pengiriman pasukan APS pertama kali ke kota Semarang tepatnya ke daerah Mranggen dan Srondol. Badan perjuangan MUAPS mengirimkan satu kompi pasukan APS ke daerah Mranggen dengan komandan kompi K.H. Juraimi dengan didampingi KH. Hadjid sebagai imam.

4. Selain ke Semarang, pasukan APS dikirim ke Kebumen hal tersebut dilakukan atas perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman melalui surat perintah dari Jenderal Urip Sumohardjo. Selain karena perintah tersebut, APS juga diberi mandat oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX untuk bekerja sama dengan Angkatan Oemat Islam (AOI).

5. Setelah itu pada peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 APS mengirimkan satu Bataliyon pasukan ke medan pertempuran pada bulan September 1948 di bawah pimpinan Bachron Edrees.

6. Setelah itu MUAPS kembali mengirim satu kompi pasukan yang dipimpin oleh M.Zaini menuju daerah kudus, disana mereka berhasil menggabungkan diri dengan kekuatan lainnya.

7. Ketika Belanda menyerang Yogyakarta, para ulama yang tergabung dalam MUAPS menyusun strategi pertempuran dan menyusun kekuatan untuk mengadakan perang gerilya.

Adapun peranan APS adalah sebagai organisasi semi militer yang membantu TNI menghadapi pasukan Belanda ketika terjadinya Agresi Militer Belanda II di berbagai daerah Yogyakarta.


Rujukan:
Arsip Keraton
Arsip Museum Vredeburg, berupa buku saku anggota Hizbullah milik K.H Hadjid,1944.
Suratmin, Askar Perang Sabil sebagai kekuatan sosio religius dalam masa revolusi fisik di Daerah Istimewa Yogyakarta 1945-1949
Elsa Nurul Fatimah, Askar Perang Sabil : Studi Politik dan Militer Religius Masa Perang Kemerdekaan di Yogyakarta. Skripsi UNY 2017

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!