Kremun, Sebuah Dejavu
(Oleh: Edi Padmo)
lainsisi.com "Kremun", satu kosa kata yang mungkin aneh bagi sebagian orang. Saya mencoba menelusur arti kata ini di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Kata 'kremun' di KBBI dideskripsikan seperti ini, "kremun adalah salah satu kekayaan kosa kata Bahasa Jawa, yang berarti gerimis kecil kecil seperti embun tetapi bukan embun." begitu KBBI menafsirkan arti kata 'kremun'.
Dalam bahasa Indonesia kremun ini bisa di kategorikan masuk dalam keluarga besar kata hujan (gerimis, rintik, lebat). Ada semacam keraguan di sini, di mana di sebut bahwa arti kremun adalah " gerimis kecil kecil, seperti embun tapi bukan embun" , agaknya KBBI kebingungan juga menafsirkan kata kremun ini.
"Kremun' adalah kekayaan kosa kata Bahasa Jawa", dan akhirnya kalimat ini menjadi semacam penyerahan pengartian kepada empunya 'kremun' itu sendiri, yaitu Bahasa Jawa.
Okelah, di sini saya tidak akan mengulas deskripsi kata 'kremun' ini secara linguistik, karena saya memang bukan seorang ahli bahasa. Saya mencoba mengulas arti Kremun ini dari sebuah "deja vu" sederhana saat terjaga di suatu malam dimana hujan turun dengan derasnya. Sebuah gelegar petir membangunkan tidur lelap saya, saat itulah saya terjaga dan merasakan 'kremun-kremun' yang turun dari sela sela genting kamar yang memang tidak berplafon.
Dalam keadaan setengah terjaga, tiba tiba hadir sensasi yang menyelinap halus di alam bawah sadar, membawa pikiran setengah mimpi ke suatu kenangan masa yang sangat lampau. Saya seperti merasakan kembali hawa dingin yang masuk dari sela-sela dinding bambu (gedhek) dan bayangan bayangan aneh dari cahaya lampu 'senthir' yang menggeliat-liat tertiup angin.
Sungguh sebuah nostalgia yang luar biasa yang mampu membawa angan mengenang masa-masa kecil. Hujan di waktu malam memang mempunyai sensasi yang khas. 'Kremun-kremun' jatuh lembut mengenai muka, adalah sesuatu banget , dan setelah kremun ini mulai hadir selanjutnya adalah menarik sarung. Sarung satu satunya yang sudah "ngepir"(karena tidak pernah disetlika) menjadi andalan untuk 'njingkrung', semakin njingkrung, dan kemudian tenggelam dalam sebuah kenyamanan dalam kesederhanaan yang sesungguhnya.
Lampu minyak tanah (senthir, teplok), bau 'langes' (sumbu lampu yang terbakar), suara suara kodok, cerita pengantar tidur yang sederhana dan di ulang-ulang oleh Simbok yang tidak tamat SD, hal hal ini jika di kenang kembali akan menjadi satu rangkaian cerita sederhana namun eksklusif dan nyaman.
Di jaman sekarang yang mengartikan kata mewah sebagai sesuatu yang bersifat 'high and have', kenangan-kenangan sederhana ini mampu membuat ketegangan pikiran sedikit kendor. Menghadirkan suatu kenyamanan yang betul-betul apa adanya dan seakan tanpa tuntutan apa-apa. Kenyamanan yang secara psikologis, sangat mahal untuk kita rasakan pada jaman seperti ini.
Melansir dari berbagai sumber, menurut pengertian dasar psikologi kognitif, memori atau ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan. Hal ini pernah di kaji dalam sebuah Journal yang di tulis di Psychology Today Magazine, dimana di jelaskan bahwa kecenderungan orang sekarang yang otaknya bekerja 'full speed', jika diwaktu senggangnya mau mengingat kembali nostalgia (positif) di masa kecil, maka situasi kejiwaanya akan mengalami trend yang positif juga. Reaksi emosionalnya akan lebih stabil, timbul juga suatu rasa bahagia dan optimisme.
Di sebut juga bahwa bernostalgia ini akan mempengaruhi koneksi sosial atau ikatan khusus dengan orang lain. Memperkuat aura positif yang akhirnya orang akan lebih nyaman, kepercayaan dirinya bertambah, menghilangkan perasaan benci kepada diri sendiri, dan timbul rasa optimis untuk menghadapi hari depan.
Kremun ini walau saya tidak begitu yakin, mungkin pernah menginspirasi John Gorrie (1842), yang mulai merintis suatu alat untuk mengontrol suhu sebuah ruangan atau gedung. Rintisan John Gorrie ini adalah asal muasal tekhnologi Air Conditioner, yang sekarang jamak kita sebut sebagai AC.
Oleh Wllies Carrier alat pengatur suhu ruang ini di patenkan tanggal 2 Januari 1902, dan mulai di produksi masal. Efek alat Air Conditioner ini ternyata sangat luar biasa, bahkan mungkin di luar ekspetasi John Gorrie sebagai perintis awal AC. Dengan suhu ruangan atau gedung yang bisa di kontrol menurut kebutuhan, di Amerika Serikat tempat alat ini dikembangkan, terjadi pergeseran populasi secara besar-besaran.
Wilayah-wilayah berhawa panas di sepanjang Sun Belt di Amerika Serikat mulai di huni dan berkembang sangat pesat. Perkembangan dan pergeseran populasi manusia ini akhirnya berefek pada keseimbangan politik dan ekonomi secara luas, desain arsitektur gedung gedung yang di bangun juga mengalami perubahan dan perkembangan model oleh pengaruh penggunaan AC dalam ruangan.
Sampai saat ini ada lebih dari 3 milyar manusia di muka bumi yang menggunakan AC untuk kenyamanan kehidupannya sehari hari. Walau memang, akhirnya efek penggunaan AC ini menjadi salah satu tersangka di kasus perubahan iklim secara global (Chlimate Change) atau sering di sebut sebagai Efek Rumah Kaca.
Oke kita kembali kepada 'kremun'. Akhir akhir ini meski Pandemi Covid19 sudah tidak begitu ditanggapi(dalam tanda kutip) oleh masyarakat umum, namun dampak yang dirasakan.masyarakat luas masih sangat beragam, mulai dari kelesuan ekonomi(sulitnya mencari uang), berubahnya adat dan kebiasaan pergaulan sehari hari ataupun hal lain yang menuntut kita untuk lebih berstrategi menghadapi keadaan sulit.
Naiknya harga berbagai bahan pokok, membuat tekanan ekonomi secara umum semakin berat. Sementara untuk mencari uang (penghasilan), justru semakin sulit.
Berbagai hal ini, akhirnya membuat otak harus bekerja lebih keras, berpikir dan meramu cara agar bisa bertahan dan melanjutkan hidup.
Jika di tulisan ini saya menawarkan sensasi 'kremun' ini untuk sebuah solusi mendinginkan suasana, mungkin banyak yang menertawakan atau menganggap ini hanya sekedar guyonan.
'Kremun' hanyalah salah satu contoh tentang suatu hal yang sangat sederhana. Dan saat ini, masyarakat kita kehilangan rasa bahagia dengan hal hal yang bersifat sederhana. Hal ini sebetulnya yang ingin saya sampaikan dalam sekelumit tulisan ini. Selain Kremun, sebetulnya banyak sekali hal-hal sederhana yang telah terlupakan dan hilang dari memori dan kosa kata kehidupan kita sehari hari, karena tuntutan kehidupan yang serba cepat dan kejam.
Sensasi kesederhanaan dan kenyamanan alami 'kremun' yang dengan bahasa psikologis sudah kita bahas di atas, sangat mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk merestart otak kita, agar bisa lebih fresh menghadapi situasi dan keadaan jaman yang semakin tidak menentu ini. Ternyata, dalam hal- hal sederhana kita bisa menemukan dan merasakan suatu kebahagiaan yang hakiki.